Tentang Saya

Depok, Jawa Barat
GUNADARMA UNIVERSITY
Untar Nugroho. Diberdayakan oleh Blogger.

Garuda Masih Dibayangi Kerugian

Jumat, 14 November 2014

Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia (Persero) masih terus dibayangi kerugian setelah membukukan comprehensive loss sebesar 206,4 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,4 triliun pada kuartal III 2014. Hal itu disebabkan karena faktor eksternal dan internal.

"Faktor depresiasi rupiah, serta masih tingginya harga bahan bakar juga menekan profit mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar, yaitu mencapai 40 persen,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Emirates Satar dalam siaran pers.

Selain karena faktor eksternal, tertekannya profit Garuda juga dipengaruhi oleh lambatnya pengembangan infrastruktur transportasi udara nasional yang berdampak pada inefisiensi operasional penerbangan. Sementara itu faktor persaingan yang semakin ketat di Asia Pasifik karena ekspansi maskapai penerbangan murah dan maskapai penerbangan Timur Tengah juga menjadi faktor penghalang.  

Di sisi lain yaitu faktor internal, tertekannya kinerja Garuda juga dipengaruhi investasi dalam pengembangan armada dan Citilink selama periode dua tahun terakhir. Meskipun begitu, Garuda mengatakan bahwa investasi itu dilakukan guna memperkuat fondasi dan fundamental  peusahaan.

"Melambatnya pertumbuhan ekonomi global berpengaruh pada penurunan permintaan untuk rute-rute internasional dan penurunan kinerja Garuda maupun sejumlah maskapai penerbangan internasional lain, khususnya di kawasan Asia Pasifik yang pasarnya memang semakin kompetitif," kata Emirsyah.

Sebelumnya, Garuda Indonesia membukukan pendapatan operasi (operating revenue) sebesar 2.801,7 juta dollar AS (sekitar Rp 33 triliun) atau tumbuh 4,3 persen dibandingkan Q3-2013. Pertumbuhan pendapatan Garuda itu ditopang berkat melonjaknya angka penumpang dan muatan kargo.

Gula Rafinasi Banjir, Produsen Lokal Gelisah

Maraknya pasokan gula rafinasi di pasar ritel membuat harga gula lokal anjlok dan menimbulkan kegelisahan petani di Lampung. Produsen gula lokal mengeluhkan kondisi ini.

Menurut Manager Umum dan Keuangan PT Gunung Madu Plantation (GMP) Provinsi Lampung Gunamarwan harga gula dari produsen lokal saat ini berada di level terendah sepanjang tahun ini, yakni berkisar antara Rp 8.300 sampai Rp 8.400 per kilogram, padahal sebelumnya mencapai Rp 10.100/kilogram.

"Bayangkan saja, berkurangnya harga jual hanya Rp 2000 saja dan dikalikan sekitar 200 juta ton, sudah berapa miliar petani harus kehilangan pendapatan. Kami saja pihak perusahaan merasa tertekan dengan adanyak kebijakan ini, apalagi petani. Sementara ongkos produksi tidak berkurang malah cenderung naik, tapi harga justru mengalami penurunan," kata dia.

Ia menjelaskan, produksi gula lokal dirasakan mulai menurut sejak tahun 2013 yakni mencapai 181.451 ton kemudian tahun 2014 sedikit mengalami peningkatan yakni 195.002 ton. "Meskipun meningkat tetap saja angka tersebut masih jauh dari produksi gula pada tahun 2008 yang mencapai sekitar 218 ribu ton," ujar dia.

Sebelumnya pada tahun 2012, pemerintah mengeluarkan kebijakan impor gula rafinasi yang mencapai sekitar 5 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi gula secara nasional hanya mencapai 2,9 juta ton.

Gula rafinasi harusnya diperuntukan industri makanan dan minuman tapi malah membanjiri pasar masyarakat hingga bertampak pada penumpukan stok barang di gudang-gudang gula. 

"Pada pemerintahan baru Jokowi dan JK kami berharap ada keseimbangan pasokan, demi menjaga kestabilan dunia usaha," ujar Gunamarwan.

PII: Hadapi MEA, Insinyur Indonesia Harus Tingkatkan Daya Saing

Lebih dari 500 insinyur seluruh negara ASEAN berkumpul selama tiga hari lalu di Yangoon, Myanmar untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan di acara Konferensi AFEO (Perhimpunan Organisasi Insinyur se-ASEAN) ke-32. Konperensi internasional ini sekaligus menjadi ajang urun-rembug dan konsolidasi para insinyur negara ASEAN dalam menghadapi tantangan besar dengan mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan. 

Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bobby Gafur Umar mengemukakan, ada kesamaan pandangan bahwa para insinyur dari negara di kawasan ASEAN sudah saatnya menerapkan regulasi yang selaras dan standar yang sama di setiap negara. 

“Jika tidak, manfaat MEA tidak akan dapat dimaksimalkan secara merata oleh setiap anggota ASEAN,” kata Bobby keterangan persnya.

Bobby mengatakan, dalam forum tersebut, pihaknya memaparkan berbagai pengalaman Insinyur Indonesia dalam banyak bidang, termasuk pengerjaan infrastruktur jalan tol, penanganan dan mitigasi bencana, serta presentasi tentang green energy di Indonesia. 

“Totalnya, ada 59 topik yang dipaparkan Insinyur se-ASEAN dalam ajang 3 hari tersebut. Banyak hal yang kami bahas dan carikan solusinya dalam pertemuan-pertemuan teknis kami di Yangoon ini. Intinya, kami beruntung dapat mengambil banyak manfaat dari pemaparan teman-teman sesama insinyur ASEAN, khususnya dalam hal solusi untuk ketersediaan energi, transportasi dan infrastruktur yang terintegrasi,” sebutnya.

MEA yang akan diberlakukan efektif pada tahun 2015, menurut Bobby, tidak harus menjadi momok yang menakutkan bagi para insinyur Indonesia. “Kita tidak perlu takut, tetapi memang harus lebih siap. Sebab, jika tidak siap, bukan hanya hasil dan produk industri dalam negeri yang terancam, tapi penyedia jasa lokal pun akan gigit jari melihat lahan pekerjaan mereka dirampas tenaga asing,” kata Bobby.

Kenyataannya, Indonesia memang dihadapkan pada berbagai tantangan berat dalam menyongsong pasar bebas tersebut. Salah satunya, terkait dengan ihwal daya saing tenaga ahli Indonesia. 

“Meningkatkan daya saing para insinyur Indonesia sehingga mereka memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan standar mutual recognition arrangements (MRA) dan bersertifikai ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE), adalah sebuah tantangan dan pekerjaan rumah yang harus segera kita atasi. Insinyur Indonesia harus memiliki daya saing lebih,” katanya.

Sebagai catatan, hingga Agustus 2014, Indonesia baru memiliki 124 tenaga insinyur yang memenuhi standar kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan standar MRA, dan bersertifikasi ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE). 

“Sementara insinyur di seluruh kawasan yang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah ber-standar MRA dan bersertifikasi ACPE sudah banyak sekali. Mencapai 700 orang lebih, didominasi Singapura dan Malaysia,” ucap Bobby. 

Enam kriteria MRA adalah pendidikan, ujian, registrasi dan pemberian lisensi, pengalaman pendidikan profesional lanjutan, dan kode etik. Karena itu, Bobby menghimbau tenaga insinyur Indonesia untuk segera memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

KA Logistik Tambah Satu Rangkaian Kereta Kontainer

PT Kereta Api Logistik (KALOG), salah satu anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia, melakukan langkah ekspansif dengan menambah rangkaian Kereta Api (KA) Kontainer untuk meningkatkan kapasitas angkut hingga 360 TEUs/hari.

KA kontainer yang berkapasitas 60 TEUs ini direncanakan akan beroperasi. Pada tiga bulan pertama, rangkaian tersebut diberangkatkan dua hari sekali, dan akan ditingkatkan menjadi perjalanan setiap hari dengan relasi Jakarta Gudang (Jakarta)–Benteng (Surabaya).

“Penambahan rangkaian KA Kontainer ini merupakan salah satu strategi perusahaan dalam menyediakan kapasitas angkut yang lebih besar, sehingga mampu mendorong pertumbuhan bisnis KA Kontainer," ujar Direktur Operasi dan Pemasaran KALOG, Subakir dalam siaran pers.

Subakir menuturkan, angkutan berbasis kereta api saat ini semakin menarik minat pelanggan, terlebih dengan semakin terbatasnya kapasitas jalan raya. Dengan demikian, pelanggan dapat mengelola disribusi barang dengan mudah karena rata-rata waktu tempuh hanya 16–18 jam. 

Sebelumnya pada September 2014 lalu, KALOG juga telah melakukan langkah strategis dengan meningkatkan kapasitas angkut 2 (dua) rangkaian KA menjadi 30 GD/60 TEUs (semula 20 GD/40 TEUs).

Peningkatan kapasitas 2 (dua) rangkaian kereta tersebut, berdampak positif pada pengurangan jumlah rangkaian KA Kontainer yang semula 4 rangkaian KA menjadi 3 rangkaian KA, dengan 2 rangkaian beroperasi setiap hari dan satu rangkaian beroperasi dua hari sekali.

PT Maicih Inti Sinergi

Maicih new.jpg

Didirikan2010 (komersial), 2011(perusahaan)
Kantor pusat BandungJawa Barat,Indonesia
Tokoh pentingReza Nurhilman (Pendiri/Komisaris)
ProdukCamilan Tradisional
PendapatanRp 4 Miliar (2011)
IndukPT Maicih Inti Sinergi
Situs webwww.maicih.co.id

Maicih adalah perusahaan keripik singkong pedas terbesar di Indonesia. Kantor pusatnya berada di BandungJawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada Juni 2010 sebelumnya merupakan perusahaan yang yang berbasis Usaha Kecil Menengah berpayung hukum CV. 29 Synergi, namun sejak 2011 pendirinya Reza Nurhilman mengubah payung CV menjadi PT sebagai payung hukumnya.
Beberapa produk Maicih dari PT. Maicih Inti Sinergi adalah keripik pedas yang memiliki beberapa varian level dan Basreng (Baso Goreng). Dua produk tersebut adalah varian lama dari Maicih telah bertahan sejak awal perusahaan tersebut berdiri. Selain itu, perusahaan ini juga terkenal karena memiliki news value untuk diangkat ke media massa.

Sejarah

Pada tahun 2010Reza Nurhilman memulai kerja sama dengan produsen keripik pedas di kota Cimahi. Kegiatan produksi keripik pedas yang memiliki beberapa level kepedasan dan baso goreng secara komersial sebagai industri rumah tangga. Pada awal tahun 2011, industri rumah tangga ini diresmikan secara resmi dengan nama CV. 29 Synergi. Reza Nurhilman mulai memasarkan secara Word-of-Mouth dan lewat jejaring sosial Twitter lewat akun pribadinya dengan penggunaan hashtag #maicih.
Perusahaan ini meraih kesuksesan dan mulai dikenal masyarakat dengan merek dagang Maicih pada Februari 2011dan diliput oleh salah satu acara di Trans TV di program Realita Bingkai BeritaReza Nurhilman bersama tim menggunakan akun Twitter resmi dari perusahaan sebagai senjata utama pemasaran mereka.
PT. Maicih Inti Sinergi memisahkan diri dari produsen awal dan memiliki pabrik sendiri setelah permintaan semakin meningkat yang resmi didirikan pada tahun 2011 dengan Reza Nurhilman sebagai Komisaris. Untuk menghindari pemalsuan produk, logo Maicih mulai dipatenkan hak ciptanya.

Pemasaran

Pemasaran Maicih dilakukan dengan menggunakan jejaring sosial Twitter.Info penjualan produk secara resmi di infokan oleh akun Twitter perusahaan. Reseller perusahaan diberi nama atau istilah "Jenderal" sebagai ujung tombak pemasaran yang dilakukan secara direct selling. Para Jenderal Maicih membangun relasi dengan konsumen yang dikenal dengan nama ICIHERS dan membangun suatu komunitas yang bertujuan untuk melakukan aktivitas promosi dan distribusi produk Maicih secara lebih militan dan eksklusif.

Produk

  • Keripik Singkong Level 3
  • Keripik Singkong Level 5
  • Keripik Singkong Level 10
  • Baso Goreng
  • Kerupuk Gurilem
  • Seblak Original
  • Seblak Keju Pedas

Source:
http://id.wikipedia.org/wiki/Maicih
 

Contact us

untarnugroho@gmail.com

Most Reading